Taipei, 30 Okt. (CNA) Akademisi Taiwan, Hsin Ping-lung (辛炳隆) menyarankan agar industri domestik bergerak lebih cepat menuju otomatisasi sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja saat ini dan mengelola program pekerja migran dengan lebih baik.
Skema pekerja migran pemerintah saat ini berada dalam kondisi "serba sulit," kata Hsin, seorang profesor asosiasi di Institut Pascasarjana Pengembangan Nasional National Taiwan University, dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Jika industri lokal dapat mengadopsi otomatisasi lebih cepat, ini akan membantu menyelesaikan masalah kekurangan tenaga kerja di Taiwan dan mengurangi ketergantungan pada pekerja migran, yang jumlahnya saat ini mencapai rekor tertinggi, kata Hsin kepada CNA.
Mengutip data pemerintah, ia menyebutkan bahwa lonjakan tajam dalam jumlah pekerja migran menunjukkan permintaan tenaga kerja yang terus tumbuh di sektor industri, khususnya dalam industri manufaktur.
Hsin menambahkan bahwa sudah menjadi hal yang biasa di Taiwan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dengan merekrut tenaga kerja asing, dan jumlah tersebut akan terus meningkat jika beberapa pembatasan tidak diterapkan.
Ia menyarankan agar pemerintah mencoba mencari keseimbangan dengan mendorong lebih banyak industri domestik untuk mengadopsi produksi otomatis. Sementara itu, pemerintah juga bisa mempertahankan program pekerja migrannya, tambahnya.
Hsin mengatakan bahwa saat ini, pemerintah memiliki pendekatan laissez-faire terhadap perekrutan tenaga kerja migran di sektor bisnis, memungkinkan perusahaan untuk membawa pekerja kapan saja mereka mau. Pendekatan ini tidak memberikan insentif kepada bisnis di sektor industri untuk bergerak lebih cepat menuju otomatisasi, yang pada gilirannya menghambat transformasi industri Taiwan, katanya.
Menurut statistik terbaru Kementerian Ketenagakerjaan (MOL), jumlah pekerja migran di Taiwan menembus batas 800.000 pada September, mencapai 805.976, jumlah tertinggi sejak Taiwan pertama kali membuka perbatasannya untuk pekerja Asia Tenggara pada tahun 1989.
Dari jumlah tersebut, 559.937 adalah pekerja industri di sektor manufaktur, konstruksi dan perikanan di antara lainnya, sementara 243.900 dipekerjakan di layanan kesejahteraan sosial, statistik MOL menunjukkan.
Mayoritas pekerja migran berasal dari Indonesia, dengan total 296.756, diikuti oleh Vietnam dengan 278.624, Filipina 157.916, dan Thailand 72.678, menurut data tersebut.
Sepuluh tahun yang lalu, Taiwan memiliki 534.081 pekerja migran, dan jumlah tersebut terus meningkat seiring waktu, kecuali selama pandemi COVID-19 yang dimulai pada tahun 2020 dan menyebabkan penutupan sementara perbatasan negara, menurut MOL.
Selesai/IF