Wapres Taiwan Hsiao serukan dukungan global seiring ancaman hibrida Tiongkok yang kian masif

21/06/2025 16:04(Diperbaharui 21/06/2025 16:04)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Wakil Presiden Hsiao Bi-khim (kanan) dalam wawancara dengan Norwegian Broadcasting Corporation pada Rabu. (Sumber Foto : Kantor Kepresidenan)
Wakil Presiden Hsiao Bi-khim (kanan) dalam wawancara dengan Norwegian Broadcasting Corporation pada Rabu. (Sumber Foto : Kantor Kepresidenan)

Taipei, 21 Juni (CNA) Wakil Presiden Hsiao Bi-khim (蕭美琴) menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendukung Taiwan seiring negara tersebut meningkatkan upaya dalam menghadapi ancaman yang semakin besar dari Tiongkok, dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan media Norwegia.

Dalam wawancara yang disiarkan Norwegian Broadcasting Corporation (NRK) pada Rabu (18/6) waktu setempat, Hsiao mengatakan Taiwan menghadapi aksi militer dan ancaman hibrida yang semakin intensif dari Tiongkok, khususnya menyebutkan disinformasi, perang psikologis, perang politik, dan pemaksaan ekonomi.

Dengan menggambarkan keamanan Taiwan sebagai hal yang krusial bagi stabilitas kawasan Indo-Pasifik dan kunci bagi perkembangan ekonomi serta teknologi global, Hsiao menyerukan dukungan komunitas internasional untuk demokrasi dan perdamaian Taiwan.

"Tidak ada negara yang terlalu kecil untuk berhak atas kebebasan," kata Hsiao, seraya menambahkan bahwa Taiwan dan Norwegia dapat memperluas kerja sama dalam masyarakat sipil, khususnya di bidang literasi media dan ketahanan demokrasi.

Hsiao mengatakan pemerintah Taiwan tetap berkomitmen untuk mempertahankan status quo di Selat Taiwan, namun berupaya memperkuat kemampuan pertahanan dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap berbagai tantangan keamanan.

Salah satu tantangan yang harus segera diatasi, katanya, adalah pemutusan kabel bawah laut -- ancaman yang tidak hanya ada bagi Taiwan tetapi juga semakin sering terjadi di Eropa.

Ia mengatakan pemerintah harus meningkatkan ketahanan jaringan telekomunikasi Taiwan sambil menimbun pasokan penting dan memperkuat keamanan energi.

"Kita harus meneliti lebih banyak teknologi baru dan yang sedang berkembang ... dan kita perlu memanfaatkan lebih baik beberapa kemampuan sektor swasta Taiwan dalam mendukung ketahanan masyarakat kita secara lebih luas," ujarnya.

"Segala yang kami lakukan adalah untuk mencegah konflik," kata Hsiao, seraya menambahkan bahwa perdamaian harus dicapai melalui kekuatan.

Wakil Presiden Hsiao Bi-khim (kanan) berbicara dengan pesiniar Amerika Shawn Ryan dalam sebuah wawancara baru-baru ini. (Sumber Foto : Tangkapan layar dari Shawn Ryan Show)
Wakil Presiden Hsiao Bi-khim (kanan) berbicara dengan pesiniar Amerika Shawn Ryan dalam sebuah wawancara baru-baru ini. (Sumber Foto : Tangkapan layar dari Shawn Ryan Show)

Di sisi lain, Hsiao dalam wawancara dengan pesiniar Amerika Shawn Ryan untuk acara "Shawn Ryan Show" baru-baru ini mengatakan Taiwan melakukan segala upaya untuk mencegah terjadinya konflik militer dengan Tiongkok, termasuk membangun kemampuan pertahanan asimetris dan memperkuat ketahanan publik.

"Segala yang kami lakukan adalah untuk mencegah terjadinya konflik, baik itu pada tahun 2027, sebelum itu, atau setelahnya," kata Hsiao.

Ia merujuk pada linimasa yang dikutip beberapa pejabat militer dan intelijen Amerika Serikat (AS) yang mengatakan pemimpin Tiongkok Xi Jinping (習近平) telah memerintahkan Tentara Pembebasan Rakyat untuk siap mengambil tindakan militer terhadap Taiwan pada 2027.

Menghadapi ekspansi angkatan laut Tiongkok yang berkelanjutan dan kapasitas manufaktur pertahanan yang dominan secara global, Hsiao mengatakan Taiwan fokus pada "Investasi dalam pertahanan kami secara asimetris" untuk mempersulit perhitungan militer Tiongkok dan mencegah serangan.

Dengan Tiongkok yang terus mengklaim Taiwan dan menegakkan retorika tersebut melalui alat diplomatik, militer, dan ekonomi secara global, Taiwan perlu mempromosikan gagasan bahwa menjaga status quo di Selat Taiwan adalah demi kepentingan terbaik semua pemangku kepentingan di seluruh dunia, termasuk Tiongkok, katanya.

Selain ancaman militer, Hsiao mengatakan Taiwan juga menghadapi "Perang kognitif, disinformasi, upaya memecah belah masyarakat kami, melemahkan persatuan dan kohesi domestik" dari Tiongkok dan bahwa "Kami sedang berlomba untuk membuat diri kami jauh lebih tangguh."

Ia mengatakan pemerintah sedang menjalankan upaya "Ketahanan seluruh masyarakat" yang terutama bertujuan membekali warga dengan kemampuan untuk melindungi diri sendiri, yang akan meringankan sebagian beban pemerintah.

Meskipun Taiwan sudah terbiasa merespons gempa bumi dan bencana alam lainnya, menurut Hsiao, Taiwan masih perlu meningkatkan pelatihan pertolongan pertama, memperbaiki kemampuan respons darurat, menimbun pasokan penting, dan menyiapkan tempat perlindungan.

Pada saat yang sama, masyarakat harus mengubah persepsinya tentang bagaimana respons darurat bekerja, katanya.

"Secara historis, [dalam] setiap bencana [yang] kami alami adalah militer mendukung masyarakat sipil. Yang belum benar-benar kami alami adalah sebaliknya -- masyarakat sipil kami mendukung pertahanan, militer kami," katanya.

(Oleh Teng Pei-ju, Muhammad Irfan, dan Jason Cahyadi)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/JA

(Sumber Video : Shawn Ryan Show)
How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.