Taipei, 27 Apr. (CNA) Partai oposisi utama, Kuomintang (KMT) dalam sebuah unjuk rasa di Taipei hari Sabtu (26/4) yang mereka klaim diikutsertai 250.000 pendukung, mengatakan bahwa mereka akan mendorong sebuah mosi di Yuan Legislatif (Parlemen) untuk memakzulkan Presiden Lai Ching-te (賴清德) setelah 20 Mei.
Sejak menjabat pada 20 Mei tahun lalu, Lai tidak fokus pada tata kelola yang baik, melainkan pada penyingkiran partai-partai oposisi, kata Ketua KMT Eric Chu (朱立倫) dalam unjuk rasa yang diselenggarakan partainya di Taipei pada Sabtu sore.
"Diktator ini (merujuk kepada Lai) sedang melakukan Revolusi Kebudayaan di Taiwan -- Revolusi Kebudayaan Hijau (warna yang merujuk pada Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa) yang bertujuan menghapus semua penentangan," katanya.
Chu mengatakan Lai "Lebih komunis daripada komunis, lebih fasis daripada fasis," menambahkan bahwa jika ia menolak untuk "Bertobat," rakyat Taiwan akan meluncurkan pemakzulan nasional terhadapnya mulai 20 Mei.
"Bagaimana kalau Parlemen mengusulkan mosi pemakzulan [terhadap Lai] segera setelah 20 Mei?" kata Chu, yang KMT-nya, bersama dengan oposisi yang lebih kecil Partai Rakyat Taiwan (TPP), memegang mayoritas di Parlemen.
Sementara mengakui bahwa mosi pemakzulan terhadap Lai hanya bisa disahkan dengan mayoritas dua pertiga di Parlemen -- karena jumlah kursi legislator KMT dan TPP tidak cukup untuk meloloskan mosi tersebut -- Chu mengatakan partainya akan berusaha memobilisasi orang-orang di seluruh Taiwan untuk "Menggunakan kekuatan kolektif mereka guna menjatuhkan Lai."
Menurut UU Pemilihan dan Pemakzulan Presiden dan Wakil Presiden, mosi pemakzulan terhadap presiden dan wakil presiden harus diajukan seperempat dari semua legislator dan disetujui dua pertiga Parlemen sebelum dapat diajukan menjadi pemungutan suara langsung.
Di Parlemen 113 kursi, oposisi memegang 62 kursi -- termasuk 52 dari KMT, delapan dari TPP, dan dua independen. Ini berarti kubu oposisi masih kekurangan 14 suara untuk meloloskan mosi pemakzulan.
Chu berbicara dalam unjuk rasa yang diselenggarakan KMT di Bulevar Ketagalan di depan Gedung Kantor Kepresidenan, berjudul "Lawan Komunisme Hijau, Lawan Diktator".
Unjuk rasa dua jam itu dihadiri pendukung KMT dan TPP, dengan penyelenggara mengumumkan bahwa jumlah total peserta melebihi 250.000 pada akhir acara.
Legislator dan pemimpin KMT dan TPP lainnya, termasuk Ketua Parlemen Han Kuo-yu (韓國瑜) dari KMT dan Ketua TPP Huang Kuo-chang (黃國昌), juga naik ke panggung untuk memberikan komentar kepada kerumunan yang berdiri di bawah hujan, mengkritik DPP yang dipimpin Lai.
"Meluncurkan kampanye pemakzulan terhadap seorang legislator tepat setelah mereka terpilih -- partai penguasa jenis apa yang melakukan itu? Ini bukan cara demokrasi seharusnya bekerja," kata Han, merujuk pada kampanye pemakzulan yang sedang berlangsung yang menargetkan legislator KMT di seluruh Taiwan.
"Demokrasi harus memiliki pengecekan dan penyeimbangan yang disediakan partai oposisi," kata Han, menambahkan bahwa sementara Lai dan DPP sering mempromosikan demokrasi Taiwan ke negara asing, mereka "Membunuh demokrasi" di rumah.
Senada dengan itu, Huang mengatakan Lai telah meluncurkan kampanye pemakzulan yang menargetkan legislator KMT sebagai bagian dari dorongannya untuk "Diktator besar," mengatakan, "Kami tidak akan pernah membiarkan pemerintah DPP atau Lai Ching-te membawa Taiwan kembali ke jalur lama pemerintahan otoriter."
Menanggapi unjuk rasa sebelum dimulai, Lai memberikan komentar kepada wartawan menjelang pertemuan dengan perwakilan bisnis di Keelung.
Unjuk rasa tersebut menjadi bukti bahwa Taiwan adalah negara demokratis dengan kebebasan berkumpul, berserikat, dan berbicara, dengan tidak ada darurat militer atau diktator, kata Lai.
Jika partai oposisi benar-benar ingin "Melawan diktator," kata Lai, merujuk ke slogan unjuk rasa, "Mereka harus pergi ke tempat yang tepat dan menargetkan orang yang tepat." Mereka seharusnya pergi ke Tiananmen di Beijing, lanjutnya.
"Paling tidak, ketika bertemu dengan rezim otoriter Tiongkok (di Beijing), mereka harus berhenti membungkuk dan berani ... menyampaikan harapan rakyat Taiwan untuk hidup dengan demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia serta menuntut rezim untuk menolak penggunaan kekerasan terhadap Taiwan, untuk mengejar perdamaian lintas selat. Inilah arti sebenarnya melawan diktator."
Presiden mengatakan bahwa Tiongkok berusaha untuk menganeksasi Taiwan, dan semua partai politik, baik kubu penguasa dan oposisi, adalah target infiltrasi Negeri Tirai Bambu.
Ia menekankan bahwa "Terlepas dari afiliasi partai atau warna politik, seluruh Taiwan harus bersatu untuk melawan Partai Komunis Tiongkok melindungi Taiwan, dan mempertahankan Republik Tiongkok (nama resmi Taiwan)."
Menanggapi kritik KMT terhadap pemerintah DPP atas kejaksaan yang mengejar individu yang terlibat dalam dugaan pengumpulan tanda tangan palsu untuk kampanye pemakzulan terhadap legislator DPP, Lai mengatakan bahwa semua orang, terlepas dari afiliasi politik, harus mendukung kejaksaan dalam menuntut mereka yang melanggar hukum.
Selesai/