Taipei, 12 Jan. (CNA) Jumlah rata-rata serangan siber harian yang menargetkan jaringan pemerintah Taiwan meningkat dua kali lipat menjadi 2,4 juta pada 2024, dengan sebagian besar serangan tersebut berasal dari Tiongkok, menurut laporan Biro Keamanan Nasional (NSB).
Sebagian besar serangan siber terhadap jaringan layanan pemerintah berhasil dideteksi dan diblokir, namun jumlah tindakan musuh tersebut menunjukkan "Semakin parahnya aktivitas peretasan yang dilakukan oleh Tiongkok," kata NSB dalam laporannya yang dirilis 5 Januari.
Jaringan layanan pemerintah tersebut dibuat untuk mendukung komunikasi elektronik antarinstansi dan menyediakan layanan pemerintah online, seperti pembayaran pajak atau pemeriksaan data asuransi kesehatan nasional dan ketenagakerjaan, kepada publik, menurut situs web jaringan tersebut.
Dalam "Analisis Teknik Serangan Siber Tiongkok pada 2024," NSB mengatakan bahwa laporan ini dirilis untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai tren ancaman siber yang ditimbulkan oleh Tiongkok.
Namun, laporan tersebut tidak memberikan angka spesifik mengenai skala serangan siber Tiongkok terhadap jaringan pemerintah.
Menurut NSB, komunitas intelijen nasional Taiwan melaporkan sebanyak 906 kasus serangan siber pada 2024, meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan dengan 752 kasus pada 2023, dan lebih dari 80 persen dari kasus tersebut melibatkan serangan terhadap instansi pemerintah.
Serangan siber Tiongkok di sektor komunikasi, khususnya sektor telekomunikasi, meningkat sebesar 650 persen pada 2024, yang merupakan peningkatan terbesar di antara sektor-sektor lainnya, diikuti dengan peningkatan 70 persen pada target sektor transportasi dan 57 persen pada target rantai pasokan pertahanan, menurut laporan tersebut.
Tiongkok juga ditemukan melakukan serangan penolakan layanan pada sektor keuangan dan transportasi saat melakukan latihan militer, untuk "Memperkuat efek pelecehan dan intimidasi militer," kata laporan tersebut.
Selain itu, peretas Tiongkok menggunakan teknik "Semakin canggih" untuk mencuri data dan menyusup ke lembaga pemerintah, bisnis, dan organisasi swasta di Taiwan, menurut laporan NSB.
Dalam hal taktik yang digunakan, peretas Tiongkok menargetkan email para pegawai negeri untuk memperoleh informasi rahasia melalui mereka, sambil menggunakan email phishing, Trojan, dan pintu belakang untuk menyusup ke rantai pasokan pertahanan Taiwan dan penyedia layanan internet, kata NSB.
Serangan-serangan ini, menurut NSB, bertujuan untuk merusak sistem infrastruktur kritis, seperti untuk jalan raya dan pelabuhan, serta menyebabkan gangguan pada sistem transportasi dan logistik Taiwan.
Pasukan siber Tiongkok juga bekerja sama dengan individu swasta dan terlibat dalam penjualan data pribadi yang dicuri secara daring, serta terlibat dalam spionase bisnis dan pencurian rahasia bisnis serta teknologi yang dipatenkan untuk keuntungan, kata NSB.
Laporan NSB ini juga mengikuti laporan lainnya dari mereka mengenai penyebaran disinformasi oleh Tiongkok, yang menurut biro tersebut meningkat 60 persen pada 2024.
Selesai/ML