Taipei, 26 Okt. (CNA) Taiwan tidak bisa dan tidak akan membiarkan "Kekuatan eksternal apa pun" untuk mengubah masa depannya, kata Presiden Lai Ching-te (賴清德) dalam upacara peringatan yang diadakan di Kabupaten Kinmen pada Jumat (25/10) untuk menandai peringatan ke-75 Pertempuran Guningtou.
"Demokrasi dan kebebasan tidak boleh dianggap remeh, tetapi membutuhkan upaya bersama dari berbagai generasi untuk mempertahankannya," kata Lai dalam sebuah makan siang yang dihadiri berbagai pejabat pemerintah, mantan tentara, serta keluarga dari mereka yang kehilangan nyawa dalam pertempuran 1949 itu.
Pertempuran Guningtou menandai upaya gagal pasukan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok untuk merebut Kinmen dan mendirikan pijakan untuk lebih lanjut melawan pasukan Kuomintang, yang telah pindah ke Taiwan setelah kehilangan daratan utama Tiongkok ke Partai Komunis Tiongkok.
Tanpa merujuk ke Tiongkok, Lai mengatakan tidak ada kekuatan eksternal yang dapat mengubah masa depan Taiwan, termasuk pulau-pulau terluarnya Kinmen, Penghu, dan Matsu.
Pertempuran itu tidak hanya melambangkan kemenangan militer, tetapi juga mewakili keinginan untuk mempertahankan tanah air, kata Lai, menambahkan bahwa Republik Tiongkok tidak akan "Menyerahkan sejengkal pun wilayahnya."
"Kemenangan Guningtou juga memberi tahu kita bahwa selama kita bersatu, kita dapat melawan ancaman apa pun," katanya.
Dalam pidatonya, Lai menegaskan kembali tekad Taiwan untuk menjaga kedaulatan negara serta upaya untuk mempertahankan status quo perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Sementara itu, Lai juga mengungkapkan harapannya untuk dialog dan pertukaran yang berlandaskan kesetaraan dan martabat serta sehat dan teratur antara kedua sisi selat.
Mengonfirmasikan dukungannya untuk angkatan bersenjata negara, Lai berjanji untuk terus mendorong berbagai reformasi, meningkatkan kondisi kerja militer serta peralatannya untuk memperkuat pertahanan negara.
Sebelumnya pada hari itu, Lai meletakkan karangan bunga di tempat peringatan para pejuang di Kinmen untuk memperingati para tentara yang gugur dan mereka yang kehilangan nyawa mereka dalam pertempuran sengit 75 tahun yang lalu itu.