Taipei, 3 Mei (CNA) Sebuah akademi militer di Taiwan telah memenangkan hadiah dalam kompetisi pesawat nirawak tingkat universitas yang mengharuskan peserta melakukan misi pengintaian tanpa menggunakan sistem navigasi satelit, menurut konferensi pers Kementerian Pertahanan Nasional (MND) pada Selasa (29/4).
Ronde kedua dan final dari "2025 UAV Defense Challenge" berlangsung bulan lalu di Asia UAV AI Innovation Application R&D Center di Kabupaten Chiayi.
Kompetisi ini didasarkan pada skenario di mana pesawat nirawak sedang diganggu dan tidak dapat terhubung ke Sistem Navigasi Satelit Global, memaksa operator untuk menerbangkannya secara independen sambil melakukan misi pengintaian, menemukan target mereka dan menentukan jumlahnya, menurut situs web acara.
Kompetisi ini diselenggarakan National Cheng Kung University dan diawasi Dewan Sains dan Teknologi Nasional (NSTC). Pemenangnya diumumkan pada 11 April.
Sebuah tim dari Institut Chung Cheng National Defense University (NDU) mengalahkan 14 tim dan termasuk dalam enam finalis kompetisi. Juri memberikannya penghargaan "potensi terbaik".
Tema kompetisi ini terinspirasi misi penyelamatan di Taroko Gorge pasca Gempa Hualien pada 3 April tahun lalu yang menjadi lebih menantang karena kurangnya navigasi satelit, Mayor Jenderal Cui Yi-feng (崔怡楓), kepala institut, mengatakan dalam konferensi pers MND.
Menggunakan pesawat nirawak yang tersedia secara komersial, tim NDU menyelesaikan kompetisi menggunakan proses menghitung posisi saat ini dari objek bergerak dengan menggunakan posisi yang ditentukan sebelumnya dan memasukkan perkiraan kelajuan, arah, dan waktu yang telah berlalu, kata Cui.
Untuk memastikan pesawat nirawak mampu melakukan tugas yang ditetapkan oleh kompetisi, tim melengkapinya dengan berbagai teknologi canggih, termasuk papan komputasi Nvidia Jetson Nano, sensor gambar Global Shutter, dan pengoptimal inferensi pembelajaran mendalam, ujarnya.
Ini dilakukan untuk memungkinkannya mengenali target yang telah ditentukan sebelumnya dalam kontes, termasuk kendaraan sipil, kendaraan militer yang dikamuflase, dan tong minyak, jelas Cui.
Institut Chung Cheng akan membagikan temuan mereka dari kompetisi dengan pengembang senjata milik pemerintah Taiwan, Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional Chung-Shan dan produsen pesawat nirawak swasta untuk memfasilitasi penelitian dan pengembangan dan membuat mereka lebih sejalan dengan kebutuhan militer, kata Cui.
Meskipun kompetisi bertemakan pertahanan sipil, Shu Hsiao-huang (舒孝煌), seorang peneliti di lembaga pemikir Institute for National Defense and Security Research mengatakan kepada CNA bahwa aplikasi dalam kompetisi juga berguna dalam skenario perang, misalnya, ketika musuh mengacaukan navigasi satelit.
Selesai/IF