Pengusaha Taiwan: PHK massal di pabrik sepatu Indonesia diduga kasus terisolasi

11/03/2025 15:13(Diperbaharui 11/03/2025 15:13)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Gedung pabrik Ching Luh di Indonesia. (Sumber Foto : Situs web Ching Luh)
Gedung pabrik Ching Luh di Indonesia. (Sumber Foto : Situs web Ching Luh)

 Taipei, 11 Mar. (CNA) Pemecatan besar-besaran di dua pabrik sepatu di Indonesia baru-baru ini dinilai sebagai kasus terisolasi, meskipun ada tren serupa dalam industri tersebut, menurut seorang anggota Taiwan dari Jakarta Taiwan Entrepreneur Association kepada CNA.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Jacky Tsai (蔡鎮雄), koordinator divisi plastik untuk alas kaki di asosiasi tersebut, mengatakan bahwa pabrik sepatu di Indonesia sering menyesuaikan jumlah tenaga kerja mereka berdasarkan pesanan yang diterima, yang dapat bervariasi di setiap perusahaan.

Tsai menyoroti ekspansi beberapa kelompok produsen sepatu ke Jawa Tengah dalam beberapa tahun terakhir sebagai tanda bahwa kondisi bisnis di industri tersebut masih kuat, meskipun ia tidak memberikan data spesifik untuk mendukung klaimnya.

Komentar Tsai datang sebagai respons terhadap laporan media lokal bahwa sektor manufaktur sepatu Indonesia telah menyebut sekitar 3.500 pekerja terkena PHK di dua pabrik sepatu di Tangerang, pinggiran Jakarta.

Berita ini menjadi perhatian khusus bagi bisnis Taiwan karena banyak produsen sepatu terbesar di Indonesia dimiliki oleh perusahaan Taiwan.

Desyanti, kepala penyelesaian perselisihan industri di Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tangerang, seperti dikutip Jakarta Globe menyebut dari dua pabrik yang terdampak, sekitar 2.000 pekerja diberhentikan oleh Victory Chingluh, anak perusahaan grup Taiwan Ching Luh.

"Perusahaan menyebut kelebihan tenaga kerja dan menurunnya pesanan sebagai alasan PHK," kata Desyanti.

Ching Luh, salah satu produsen sepatu olahraga terkemuka di dunia, juga beroperasi di Tiongkok dan Vietnam, menurut situs web resminya.

Sementara itu, Adis Dimension Footwear, pabrik besar lainnya di dekat Jakarta, memberhentikan 1.500 pekerja pada akhir 2024. Desyanti menyebut "Biaya operasional yang melonjak dan permintaan pasar yang anjlok" sebagai penyebab utama PHK tersebut.

Sebagai indikasi lain dari gejolak industri, produsen tekstil terbesar di Indonesia, Sritex, menghentikan operasinya pada Maret, menyebabkan hampir 11.000 pekerja kehilangan pekerjaan.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan tersebut adalah lonjakan impor tekstil murah dari Tiongkok.

Indonesia khawatir impor murah tersebut akan semakin meningkat di bawah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, karena Tiongkok diperkirakan akan membanjiri pasar dengan produk yang tidak lagi dapat dijual ke AS, menurut laporan media asing.

(Oleh Lee Tsung-hsien, Chao Yen-hsiang, dan Jennifer Aurelia)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.