Taipei, 21 Agu. (CNA) Survei Taiwan Fund for Children and Families (TFCF) menunjukkan keluarga imigran baru yang rentan memiliki masalah pada “penyesuaian sekolah” dan “disabilitas atau penyakit”, data diambil dari 3 ribu keluarga imigran baru kurang beruntung yang organisasi ini bantu.
Menurut statistik Kementerian Dalam Negeri (MOI), saat ini ada sekitar 600 ribu imigran baru di Taiwan, tertinggi dalam sejarah. TFCF mengungkapkan mereka membantu 3.799 keluarga imigran baru di seluruh Taiwan, yang mencakup 14,7 persen dari keseluruhan keluarga yang mereka bantu dan proporsinya meningkat dalam 5 tahun terakhir.
TFCF dalam konferensi pers Selasa (20/8) mengumumkan bahwa dari 3.799 keluarga imigran baru yang mereka bantu, 66,4 persen di antaranya memiliki orang tua tunggal.
Adapun masalah utama yang dihadapi oleh generasi kedua imigran baru dari keluarga yang rentan adalah "penyesuaian sekolah" (21,64 persen) diikuti oleh "disabilitas atau penyakit" (16,93 persen).
Merunut data TFCF, rata-rata satu dari lima keluarga imigran baru yang rentan mengalami masalah "penyesuaian sekolah" pada anak-anak mereka. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan proporsi keluarga yang mereka bantu secara keseluruhan.
Sementara masalah terbesar yang dihadapi orang tua keluarga imigran baru adalah "disabilitas atau penyakit" (44,51 persen), yang diikuti "masalah pekerjaan" (32,82 persen).
Sementara itu, 15,9 persen keluarga imigran baru yang memiliki orang tua komplet, setidaknya memiliki satu orang tua dengan disabilitas atau penyakit serius. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan proporsi keseluruhan keluarga rentan yang mereka bantu, tambah TFCF.
TFCF menyatakan bahwa beban ekonomi yang ditambahkan oleh faktor-faktor anggota keluarga dapat membuat para imigran baru yang tidak mengetahui cara mencari bantuan harus menghadapi masalah-masalah sulit sendirian, salah satu contohnya adalah ibu dari Ya kecil (小雅).
Ibu Ya kecil berasal dari Indonesia. Ia harus merawat suaminya yang menderita epilepsi, iparnya yang tuli, dan dua anaknya, sementara juga harus bekerja sebagai buruh tani di kebun tomat dan membuat penjepit untuk berkebun di waktu istirahatnya demi menafkahi keluarga.
Ya memiliki prestasi akademik yang sangat baik, setiap semester berhasil mendapatkan beasiswa, dan pernah terpilih sebagai siswa teladan tiga kali. Namun, kemampuan membaca dan menulis bahasa Mandarin ibu Ya terbatas, membuatnya bingung dan kesulitan saat menghadapi masa-masa sulit.
Pada tahun lalu, Ya membantu ibunya menyelesaikan dokumen pengajuan untuk keluarga berpenghasilan rendah dan berhasil mengajukan permohonan yang membantu mengurangi beban ekonomi keluarga tersebut.
Direktur Utama TFCF, Chou Ta-yao (周大堯), menunjukkan bahwa anak-anak imigran baru seharusnya dapat mengembangkan keunggulan budaya dan bahasa yang beragam bahkan memperluas wawasan internasional.
Namun, ketika keluarga imigran baru menghadapi kesulitan dan kekurangan sumber daya, yang pertama kali terdampak adalah kehidupan anak-anaknya, kata Chou. Ia menambahkan bahwa tanpa adanya bantuan atau dukungan, ini akan menjadi "kemiskinan yang tidak terlihat" di dalam masyarakat.
Chou mengatakan bahwa TFCF saat ini membantu lebih dari 6 ribu anak yang merupakan imigran baru generasi kedua, dengan latar belakang keluarga yang 60 persen berasal dari negara-negara Asia Tenggara.
TFCF adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berusia lebih dari 80 tahun, yang bertujuan untuk membantu anak-anak rentan dan keluarga mereka, baik di Taiwan maupun secara global. LSM ini telah bekerja sama dengan pemerintah dan mengadvokasi berbagai layanan kesejahteraan serta program-program kolaboratif.
(Oleh Elly Wu dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF