Taipei, 6 Agu. (CNA) Pernyataan kontroversial bernada Nazi dari seorang pemengaruh politik yang mendukung pemakzulan legislator oposisi Kuomintang (KMT) telah memicu kembali perdebatan tentang bagaimana Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa menangani perbedaan pendapat politik.
Kontroversi ini bermula ketika pegiat YouTube sekaligus penyanyi rap Chen Po-yuan (陳柏源) mengunggah video pada Minggu (3/8) yang memutuskan hubungan dengan sesama pemengaruh Pa Chiung (八炯), dengan alasan perilakunya yang semakin ekstrem selama kampanye pemakzulan legislator KMT.
Chen mengatakan Pa Chiung memperkenalkan salam ala Nazi, membentuk "unit pasukan khusus", dan menunjuk sekelompok orang sebagai kambing hitam sebagaimana yang dilakukan Nazi terhadap kaum Yahudi, sebagai bagian dari aksi dramatis anti-Tiongkok dalam kampanye pemakzulan sejak April lalu.
Pa Chiung juga membuat logo yang menyerupai elang Nazi, yang tampak mencolok di acara tersebut dan menimbulkan kekhawatiran, meskipun ia membantah simbolisme tersebut pada saat itu.
Chen, yang menghadiri aksi tersebut, mengatakan ia memutuskan untuk angkat bicara demi melindungi nilai-nilai demokrasi gerakan sipil dari kerusakan lebih lanjut.
Pada Senin, Institut Jerman di Taipei mengecam insiden tersebut, menyebut Holokaus sebagai "Salah satu kejahatan paling kelam dalam sejarah" dan memperingatkan terhadap penggunaan simbol, gestur, atau retorika Nazi dalam bentuk apa pun.
Menghadapi reaksi publik, Pa Chiung merilis video permintaan maaf, menyebut pernyataannya sebagai lelucon pribadi yang diambil di luar konteks. Ia berjanji akan mengurangi aktivitasnya secara luring ke depannya.
Kasus ini dengan cepat berubah menjadi isu politik. Ketua KMT Eric Chu (朱立倫) memperingatkan bahwa retorika Nazi membahayakan demokrasi dan menuduh DPP menoleransi kaum ekstremis.
Legislator DPP Puma Shen (沈伯洋), yang juga menghadiri aksi April, mengimbau kehati-hatian dalam menggunakan referensi sejarah, namun mengatakan kontroversi ini tidak akan memengaruhi pemungutan suara pemakzulan pada 23 Agustus yang menargetkan tujuh legislator KMT.
Dalam gerakan pencabutan mandat, "Wajar jika muncul beberapa perbedaan arah atau ketidaksepakatan," ujarnya.
Sementara itu, DPP pada Senin mengecam penggunaan simbol Nazi dan menegaskan bahwa ekspresi semacam itu tidak memiliki tempat dalam masyarakat demokratis, sembari juga menuduh KMT melakukan standar ganda.
DPP menegaskan bahwa citra Nazi juga pernah muncul di aksi-aksi yang dipimpin KMT tanpa permintaan maaf, serta mengkritik Chu karena sering menggunakan perbandingan dengan Nazi saat menyerang Presiden Lai Ching-te (賴清德).
Pada Mei, Chu memicu reaksi keras karena membandingkan penanganan oposisi oleh Lai dengan pemerintahan Adolf Hitler, tepat saat kejaksaan mulai menyelidiki tanda tangan palsu dalam petisi pemakzulan yang diluncurkan KMT, yang kemudian gagal bergulir.
Pada saat itu, kantor perwakilan Jerman di Taipei menyebut komentar Chu "Sangat mengkhawatirkan," dan memperingatkan agar tidak meremehkan sejarah.
Selesai/JC