Taipei, 2 Des. (CNA) Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei, Arif Sulistiyo, secara resmi membuka kegiatan Pemberdayaan PMI bertajuk “Cerdas Finansial, Cakap Digital, Unggul dalam AI: Menuju Kemandirian Pasca Finish Kontrak” yang diselenggarakan di Taichung pada Minggu (30/12) tepatnya di ASEAN Squre Big King Market Zone D, lantai 2, tulis rilis pers KDEI.
Dalam sambutan di momen pembukaan acara tersebut, Arif menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang selama ini berkolaborasi untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan PMI di Taiwan. Ia menjelaskan bahwa jumlah seluruh WNI di Taiwan kini mendekati 400.000 orang, dengan sekitar 340.000 di antaranya merupakan pekerja migran Indonesia (PMI) yang aktif bekerja, tulis keterangan tersebut.
Menurut Arif, setiap bulan, KDEI Taipei menerima kedatangan 6.000 hingga 7.000 PMI baru. Dengan jumlah sebesar itu, Arif menegaskan pentingnya kerja sama semua pihak, termasuk organisasi PMI, agar penanganan kasus dapat dilakukan lebih cepat dan tepat.
Dalam sambutan yang sama, Arif menilai bahwa permasalahan PMI banyak ditemukan yaitu pada persoalan finansial. PMI mengirim seluruh gaji ke Indonesia hingga tidak memiliki tabungan darurat di Taiwan. Itulah permasalahan yang ditemukan oleh KDEI.
Bahkan, sebagian uang yang dikirim tidak digunakan sebagaimana mestinya oleh keluarga. Oleh karena itu, ia menyarankan agar PMI menyisihkan sebagian penghasilan untuk tabungan di Taiwan, menurut keterangan tersebut.
Banyak PMI juga demi hidup berhemat, dan mengirimkan uang ke Indonesia, sampai mengorbankan kesehatannya, tambahnya.
Arif juga mengatakan bahwa kasus pidana terbesar yang dialami PMI berkaitan dengan penipuan keuangan. Banyak masalah terjadi akibat peminjaman identitas pribadi seperti ATM, ARC, maupun paspor. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut sangat berbahaya dan dapat menjerat pemilik identitas ke dalam kasus hukum, tulis keterangan tersebut.
Menurut keterangan salah satu panitia, kegiatan yang dimulai pada pukul 10 pagi hingga 3 sore ini memberikan 2 materi utama yang dibawakan oleh dua dosen dari Universitas Telkom yaitu Dr. Maria Sugiat dan Dr. Ratna Komala Putri, keduanya Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Telkom University.
Kegiatan tersebut dibagi menjadi dua penjelasan materi, pertama pembahasan mengenai reintegrasi dan persiapan pulang PMI, dengan memaparkan perencanaan ekonomi dan sosial pasca kerja. Kewirausahaan dan rencana usaha pasca kontrak, pengenalan program pemerintah untuk usaha Purna PMI serta pengelolaan emosi dan adaptasi saat PMI kembali ke tanah air.
Materi kedua lebih condong kepada pembahasan mengenai kewirausahaan digital dan ekonomi kreatif, bagaimana cara membuka bisnis online, dropshipping, menjadi konten kreator produktif dan cara kelola toko online termasuk literasi keuangan digital.
Menurut keterangan dari Kadir, analis bidang ketenagakerjaan KDEI yang dihubungi CNA secara langsung, acara tersebut dihadiri oleh 50 peserta.
Kadir juga mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan program dari pusat Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) yang bekerja sama antara KDEI Taipei, Universitas Telkom, dan MG Pay.
Tujuan kegiatan adalah untuk memberdayakan PMI di Taiwan agar lebih siap menghadapi masa depan setelah selesai kontrak. Melalui pelatihan tentang literasi keuangan, kecakapan digital, dan pemanfaatan teknologi AI, peserta diharapkan memiliki pengetahuan baru yang bisa digunakan sebagai bekal ketika kembali ke Indonesia, ujarnya.
Selain itu, kegiatan tersebut memberi wawasan mengenai keseimbangan hidup dan pekerjaan, agar PMI tetap sehat secara mental dan sosial selama bekerja di Taiwan.
Kadir menambahkan, kegiatan ini juga menjadi sarana PMI untuk membangun jejaring, menambah wawasan, serta memperkuat kesiapan dalam mengelola keuangan, memahami aturan, dan mempersiapkan diri menuju kemandirian pasca bekerja di luar negeri
Di akhir wawancaranya Kadir berpesan kepada seluruh PMI jangan pernah takut untuk pulang ketika kontrak sudah selesai atau sudah saatnya pulang.
“Pulang merupakan langkah baru untuk membangun masa depan yang lebih baik. Pengalaman bekerja di Taiwan adalah modal besar untuk memulai kehidupan yang lebih mandiri di Indonesia. Jika sudah kembali ke tanah air, apabila membutuhkan asistensi atau pendampingan pemerintah, silakan segera menghubungi BP3MI terdekat. Negara selalu hadir untuk membantu.” Ungkap Kadir.
Sementara itu, salah satu narasumber dari MG Pay, Charis Chen yang bekerja di Chiayi ini mengatakan bahwa kegiatan tersebut sangat berguna bagi PMI yang selamanya tidak akan tinggal di Taiwan dan harus kembali ke Indonesia untuk membuka usaha.
“Lewat acara kemarin PMI bisa mendapatkan inspirasi untuk membuka usaha lewat metode AI seperti membuka usaha logistik atau jastip, dan membuat keterangan jualan online, dan membuat keterangan produk,” ujar Charis purna PMI sektor konstruksi ini.
Charis juga mengatakan bahwa para dosen yang membawakan materi tidak hanya sekedar mengajarkan teori, tetapi juga mengajarkan praktik secara langsung membuat deskripsi produk dan gambar produk melalui AI dan canva untuk membuat iklan produk.
“Pekerja migran yang hadir sangat antusias sekali. Banyak yang mengajukan pertanyaan untuk mengetahui cara membuka usaha dan membuat produk melalui AI,” ujarnya menutup wawancara.